Source: Tribunnews.com |
Tokoh
public figure tentu tidak hanya datang dari dunia hiburan saja. Dewasa kini,
kehadiran Najwa Shihab menjadi seorang public figure di dunia jurnalistik yang
dikenal dengan seorang jurnalis profesional. Ada berbagai cara yang dilakukan
oleh seorang public figure untuk mengembangkan karirnya. Salah satunya yaitu
dengan membangun personal branding dirinya sendiri. Adapun personal branding
tersebut dapat terbentuk secara alami, buatan, atau atas dasar konsistensi
dengan dipeliharanya sebuah potensi yang kemudian menjadi brand. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui strategi personal branding yang dilakukan Najwa Shihab dengan
menganalisisnya melalui Teori Dramatisme. Teori Dramatisme sendiri adalah teori
retorika konvensional yang cenderung memusatkan perhatian pada bagaimana wacana
memengaruhi cara orang berfikir.
Seorang
wartawan atau reporter populer ini dikenal sebagai reporter berprestasi dan
profesional. Berikut profil dari Najwa Shihab yang akrab dipanggil Mba Nana.
Najwa Shihab, S.H.
Lulusan dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia;
Melbourne Law School.
Lahir di Makassar - Sulawesi Selatan, 16 September
1977.
Najwa adalah puteri kedua dari pasangan Quraisy Shihab
(Menteri Agama era Kabinet Pembangunan VII) dengan Fatmawati Assegaf.
Najwa Shihab menikah dengan Ibrahim Sjarief Assegaf,
dan sudah memiliki dua orang anak yaitu, Izzat Assegaf dan Namiya.
Beberapa Prestasi yang pernah diraih: Jurnalis Terbaik
Metro TV (2006), Best Current Affairs di tingkat Asia (2007), Peraih Full
Scholarship for Australian Leadership Awards (2008), Presenter Berita Terbaik
Panasonic Awards (2010), Peraih Penghargaan Asian Television Awards (2011).
Demikian
profil singkat Najwa Shihab yang dapat disertakan. Informasi tersebut tentu
diperoleh dari berbagai sumber literasi yang dapat dipastikan kebenarannya.
Analisis
personal branding Najwa Shihab ini di latarbelakangi oleh ketertarikan pribadi
terhadap cara berkomunikasi dan kemampuan berfikir kritis Najwa Shihab dalam
menanggapi sebuah persoalan. Sebagai seorang jurnalis, cara berkomunikasi yang
dilakukan Najwa Shihab baik verbal maupun nonverbal memiliki karakter
tersendiri yang menjadi pembeda dengan jurnalis lainnya. Penyampaian informasi/
pesan yang ditujukkan kepada khalayak dapat diterima dengan baik karena
penyampaian yang tegas dan jelas. Tentu, informasi yang disampaikan pun telah
melewati beberapa langkah observasi tidak lain bertujuan untuk memastikan
kebenaran informasi tersebut. Sehingga, informasi/ pesan yang disampaikan
benar-benar tepat dan akurat. Tidak hanya itu, kemampuan berfikir kritis
“critical thinking” Najwa Shihab yang dapat mengupas atau menganalisis segala
persoalan menjadi salah satu alasan dikenalnya Najwa sebagai reporter yang
berprestasi dan profesional. Ketajaman analisis itulah yang tidak dimiliki oleh
semua orang, karenanya menjadi karakter tersendiri yang dimiliki oleh Najwa
Shihab. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa pribadi tertarik untuk
menganalisis personal branding beliau.
Sebuah
pepatah kata mengatakan “tidak ada gading yang tak retak.” Dari pepatah kata
tersebut, dapat didasari bahwa setiap orang tentu memiliki kekurangan dan
kelebihan. Begitupun dengan Najwa Shihab, brandnya sebagai reporter yang
berprestasi dan professional tentu memiliki kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan
pengamatan pribadi dan beberapa tokoh politik yang pernah diundang ke program/
Acara Tv Najwa, mengkritisi bahwa Najwa Shihab dinilai kurang beretika. Banyak
yang menulis Najwa Shihab kurang punya etika sebagai pewawancara karena sering
memotong jawaban narasumber. Argumen ini tentu menjadi sebuah goresan yang dapat
berakibat kepada brandnya sebagai reporter professional. Artinya, tidak semua
orang menyukai cara berkomunikasinya. Lain dari pada itu, kemampuan berbicara
seorang Najwa Shihab yang terlihat tegas, luwes dan tidak terbata-bata saat
berbicara menjadi kelebihannya. Selain itu, pemikiran yang tajam menunjukkan
bahwa Najwa Shihab sebagai seorang public communicator yang mengutamakan
kecerdasan dan pengetahuan. Itulah kekurangan dan kelebihan dari personal
branding beliau yang dapat diamati. Sebagai bentuk respon pribadi terhadap
kritik yang disampaikan, sedikit saran mungkin dapat menjadi bahan evaluasi
untuk memperbaiki kekurangan serta diharapkan dapat memelihara kelebihan yang
dimiliki agar terus berkembang. Akan lebih baik jika terus memperbaiki etika
dalam berkomunikasi dan terus mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Tetaplah
menjadi sosok inspirasi yang memiliki kredibilitas tinggi.
Proses Pembentukan
Personal Branding Najwa Shihab yang Dikenal Sebagai Reporter Berprestasi dan Professional
Dapat Diidentifikasi Melalui Teori Dramatisme (Kenneth Burke).
Menurut
Teori Dramatisme, yaitu teori yang cenderung memusatkan perhatian pada
bagaimana wacana memengaruhi cara orang berfikir, persepsi public terhadap
seseorang (dalam hal ini Najwa Shihab) atau motif komunikator dapat
diidentifikasi melalui lima elemen, antara lain:
1. Tindakan (Act), merujuk pada tindakan
yang dilakukan Najwa untuk mencapai tujuan. Aksi yang dilakukan Najwa Shihab saat
meliput kondisi pasca-tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu menjadi awal mula Najwa
memberi laporan. Liputan yang dilakukan selama 5 hari itu tak sia-sia. Najwa
merupakan wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara
insentif. Berkat liputannya itu pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Jaya memberikan penghargaan, liputan Najwa/ Nana dinilai
betul-betul telah membuat Indonesia menangis.
2. Adegan (Scene), merujuk pada keseluruhan tempat atau moment dari suatu tindakan
dan agensi. Najwa digambarkan sebagai pribadi yang dekat dengan kondisi pada
saat itu. Ketika mendapat kesempatan untuk melakukan liputan, Najwa benar-benar
memaksimalkan setiap bagian dari proses peliputan dengan strategi yang
dilakukan, disinilah Najwa mengkritisi setiap persoalan yang ada. Berkat dari
laporannya, strategi yang dilakukan ini menghasilkan reaksi yang positif dari
khalayak.
3. Agen (Agent), merujuk pada Najwa
sebagai pelaku atau karakter utama. Pembentukan karakter Najwa ini dilakukan
secara konsisten. Selalu memberikan performa yang maksimal dalam melakukan
peliputan. Sehingga, semakin menguatkan persepsi khalayak terhadap karakter
Najwa sendiri.
4. Agensi (Agency),
merujuk pada pelaku eksternal atau dikatakan sebagai perantara dalam pencapaian
tujuan Najwa yaitu melakukan peliputan. Katakanlah media publisitas menjadi
agency bagi Najwa untuk melakukan peliputan. Selain itu, agency juga berperan
sebagai penyampai atau penyebarluas informasi yang diperoleh Najwa dari hasil
peliputan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa adanya media publisitas ini menjadi
perantara dalam pencapaian tujuan.
5. Tujuan (Purpose),
merujuk pada tujuan utama dari seluruh elemen yang dilakukan atau tujuan agen
melalui agensi pada suatu adegan. Tujuan dari Najwa Shihab sendiri sebagai
reporter tidak lain untuk mencari, mengolah dan menyampaiakn informasi melalui
perantara media publisitas yang memberikan kesempatan untuk melakukan peliputan
dengan tujuan agar informasi yang didapat bisa dikonsumsi khalayak. Elemen inilah yang mendasari agen untuk
melakukan aksi.
Analisis
ini menunjukkan bahwa strategi personal branding digunakan untuk memberikan
penerimaan/ mendapatkan perhatian khalayak. Sehingga, konsep brand Najwa Shihab
bisa saja merupakan konstruksi dari agen (agent) itu sendiri.
Sumber literasi:
http://mysteriouxboyz90.blogspot.com/2010/08/teori-komunikasi-dramatisme-kenneth.html?m=1
Mohon dievaluasi jika ada kesalahan dalam penulisan. Terima kasih.
BalasHapus